Alasan Lin Dan Sulit Raih Gelar Juara di Jakarta

Lin Dan
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA.co.id - Nasib kurang beruntung tampaknya selalu menyelimuti pebulutangkis China, Lin Dan, dalam merebut gelar pribadinya di turnamen yang digelar di Indonesia. Dari sekian banyak gelaran ajang Indonesia Open plus Kejuaraan Dunia BWF yang baru-baru ini telah berlalu pun ia gagal merebut tahta.

Jadwal Laga Tim Bulutangkis Indonesia di Olimpiade Kamis Ini

Deretan gelar bergengsi kelas dunia sudah banyak ia koleksi. Bahkan, pernah membawa tim beregu putra China menjuarai Piala Thomas di Jakarta pada 2004 dan 2008. Namun, titel juara perorangan dari kreasinya berlaga di Indonesia belum juga ia mampu pecahkan kebuntuan itu.

Bahkan, pada gelaran Indonesia Open 2012 hingga 2014, Lin Dan tidak turut berpartisipasi dengan alasan cedera dan lainnya. Pada Indonesia Open tahun ini, Lin Dan tersingkir di tangan Tommy Sugiarto di babak pertama dan sempat "ngambek" dengan menolak melayani sesi wawancara dengan media usai pertandingan.

Dukungan 'Adik Kelas' Beri Motivasi Skuad Ganda Campuran

Padahal, jika dilihat dari prestise dan gengsi turnamen, ajang tersebut merupakan salah satu event bulutangkis bintang lima dengan nilai poin dan prize money yang terbesar hingga saat ini.

Ini menjadikan banyak sebutan yang menyebut bahwa selalu saja ada "celah" bagi setiap legenda sekalipun, dan tampaknya juga terjadi pada Lin Dan.

Jadwal Pertandingan Indonesia di Olimpiade Hari ke-6

Jika Taufik Hidayat belum pernah bisa juara All England, Lin Dan masih punya "kutukan" di Indonesia.

Lantas, apa yang membuat Lin Dan begitu sulit merengkuh sukses di tanah nusantara? Lebih khususnya lagi di Istora Senayan?

Faktor Mental

Sejak dulu, Lin Dan memang terkenal sebagai pemain yang flamboyan dan penuh catatan sensional. Seperti halnya Taufik, Lin Dan juga kerap memperlihatkan sisi emosional, temperamental, dan cenderung sering tampil kurang tenang saat menghadapi situasi sulit. 

Hal ini yang mungkin bisa jadi sumber utama mengapa sang "Super Dan" gagal menaklukkan publik Istora. Penonton Istora yang terkenal fanatik, enerjik, dan selalu meriah dengan suasana khasnya seperti telah menjadi musuh besar Lin Dan.

Kondisi ini berbeda dengan Lee Chong Wei yang selalu sukses mengatasi tekanan dari penonton Istora yang justru lebih berat mengingat faktor sinisme publik Indonesia kepada Malaysia.

Namun, Chong Wei sanggup menunjukkan kematangan mentalnya dan mampu mengubah kebencian suporter Merah Putih menjadi sikap respect kepadanya.

Tribun Istora yang terbilang letaknya sangat dekat dengan lapangan juga bisa jadi pengaruh dalam menambah kesulitan menaklukkan faktor pressure dari penonton. Lin Dan juga tampaknya belum punya formula jitu dalam menaklukkannya.

Fakta tersebut juga berbanding terbalik dengan para pemain China lainnya, yang tampak sudah begitu nyaman dengan atmosfer Istora, hingga sukses menggapai puncak podium, meskipun harus menghadapi para pemain andalan tuan rumah.

Pemegang emas Olimpiade 2008 dan 2012 ini pun kerap akan mudah kehilangan kemampuan terbaiknya, jika menghadapi lawan dengan pertahanan kuat dan tidak mudah ia tembus.

Jadi, rupanya sederet titel gelar juara masih tak sanggup membangun mental seorang Lin Dan untuk bisa dengan "anggun" menaklukkan venue yang terkenal "angker" di Jakarta itu. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya