Angkat Besi Indonesia, Memburu Prestasi dalam Keterbatasan

Suasana atlet pelatnas angkat besi menjalani latihan di komplek SUGBK
Sumber :
  • VIVA.co.id/Riki Ilham
VIVA.co.id
Al-Deehani, Atlet Tanpa Negara Pertama Raih Emas Olimpiade
- Pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 kali ini, masyarakat Indonesia dibuat bangga oleh cabang olahraga angkat besi. Di awal kejuaraan olahraga bergengsi di dunia ini dimulai, atlet angkat besi putri andalan Tanah Air, Sri Wahyuni Agustuni mempersembahkan medali perak.

Tak Raih Medali, Dewi akan Kejar Peringkat Terbaiknya

Turun di kategori 48 kg, Sri tampil prima. Perempuan berusia 21 tahun tersebut berhasil menorehkan angkatan 192 kg. Dia hanya kalah 8 kg angkatan atlet asal Thailand, Sopita Tanasan yang berhasil merebut medali emas dalam kategori ini.
Hendra Setiawan Ungkap Rencana Masa Depan Kariernya


Meski menjadi salah satu cabor unggulan bagi kontingen Indonesia di setiap kejuaraan bertaraf internasional. Namun, angkat besi bukanlah cabor yang diistimewakan dalam soal fasilitas latihan.


Bertempat di pintu III Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Eko Yuli dan kawan-kawan berlatih jelang menuju ke Olimpiade Rio 2016. Kesan sempit dan pengap akan begitu terasa ketika masuk ke dalam ruang latihan.


Wajar saja, sebab hampir tidak ada ventilasi udara di ruangan yang terletak tepat di bawah tribun SUGBK tersebut. Debu dari serbuk kapur yang biasa dipakai para atlet untuk berlatih bercampur gema suara dari jatuhnya alat beban menambah kebisingan dalam ruangan tersebut.


Dalam perbincangan dengan VIVA.co.id jelang keberangkatan ke Fujian Majiang Base, China untuk menjalani pemusatan latihan pada Oktober 2015 lalu. Manajer tim angkat besi Indonesia, Alamsyah Wijaya pernah mengungkapkan keinginan membangun sebuah pemondokan khusus atlet angkat besi.


Akan tetapi, niatan tersebut urung terlaksana karena ketiadaan dukungan dana. Alhasil, dalam memantapkan persiapan, Alamsyah memilih memberangkatkan atlet ke negara lain, seperti China.


"Di sana bagus untuk mencari atmosfer, karena merupakan pusat pelatihan atlet junior China, yang pencapaian angkatannya mencapai 200 kg," katanya.


Hal senada juga disampaikan oleh pelatih angkat besi, Dirja Wihardja. Dia menilai Fujian Majiang Base memiliki infrastruktur mumpuni. "Fasilitas di sana juga lebih lengkap, mulai dari sauna dan sport science ada di sana," timpalnya.


Menilik sejarah cabor angkat besi Indonesia, tentu saja fakta yang ada saat ini cukup memprihatinkan. Selama ikut serta di Olimpiade, angkat besi telah menyumbangkan 4 medali perak, dan 5 medali perunggu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya