Mengapa Medali Emas Selalu Digigit para Atlet?

Atlet Britania Raya, Mohamed Farah, menggigit medali emas atletik 10.000 meter.
Sumber :
  • REUTERS/Alessandro Bianchi

VIVA.co.id – Medali emas tentu menjadi tujuan setiap atlet yang berlaga di cabang olahraga apa pun. Terlebih saat ini sedang berlangsung Olimpiade 2016 yang dihelat di Rio de Janeiro, Brasil.

Peraih Medali Emas Olimpiade Tersandung Kasus Doping, Pilih Pensiun

Pose foto paling familiar yang terlihat saat atlet meraih medali emas adalah menggigitnya. Namun, mengapa hal itu dilakukan?

Marca melansir, menggigit emas adalah cara paling sederhana untuk mengetahui apakah sebuah emas itu asli atau palsu. Namun. cara tersebut dilakukan oleh orang pada zaman dahulu kala bertransaksi dalam berdagang.

Sri Wahyuni, 'Wonder Woman' di Pentas Olimpiade

Perlu diketahui, emas asli akan tergores jika digigit, bahkan bekas gigitan akan semakin dalam jika kandungan emas adalah murni 24 karat. Sebaliknya, jika emas palsu, tidak akan menunjukkan perubahan apapun.

Akan tetapi, cara ini tidak direkomendasikan. Alasannya jelas, meski tak mengurangi kadar emas yang terkandung, namun bisa merusak tekstur dan kondisi fisik emas.

Peraih Medali Olimpiade Diskors karena Hina Islam

Jika cara menggigit emas adalah cara kuno, lalu mengapa hingga kini masih banyak atlet yang melakukan hal tersebut? Jawabannya adalah sebagai cara mereka menyampaikan kepada dunia, seolah berkata 'Hei dunia, saya mendapat mendapat medali emas, dan ini emas asli'.

Dalam setiap medali emas yang didapat atlet di Olimpiade 2016, memang tidak sepenuhnya terbuat dari emas. Emas yang terkandung di tiap medali hanya berbobot sekitar 6 gram.

Berbeda dengan apa yang dilihat dari sudut pandang seorang fotografer. Fotografer masih menyukai pose gigit medali sebagai pose favorit yang ingin didapat dari seorang atlet.

"Ini (pose gigit medali) menjadi sebuah obsesi dari para fotografer," kata David Wllenchinsky, Presiden Asosiasi Sejawaran Olimpiade, yang juga menjadi salah satu penulis dalam buku 'The Complete Book of the Olympics'. 

"Saya rasa mereka ingin mendapat gambar dengan pose tersebut sebagai pose yang ikonik, sebagai raihan yang bisa nantinya dijual para atlet. Dan juga pose demikian sepertinya tak sepenuhnya kemauan atlet, tapi kemauan dari fotografer," ujarnya. (one)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya