Peta Kekuatan Bulutangkis Dunia Usai Olimpiade Rio 2016

Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
Sumber :
  • REUTERS/Mike Blake

VIVA.co.id – Semarak kemeriahan ajang Olimpiade Rio 2016 telah usai. Sejumlah prestasi pun berhasil diukir oleh para wakil dari berbagai negara, tak terkecuali dari cabang bulutangkis.

Revans Lawan China, Rinov/Pitha Juara Spain Masters 2024

Bulutangkis jadi cabang yang paling diharapkan memberi medali emas bagi kontingen Indonesia. Dan arena Riocentro Pavillion 4 jadi saksi berkumandangnya lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ya, sektor ganda campuran melalui duet Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mampu menuntaskan misi krusial Merah Putih di pesta olahraga terakbar sejagat tersebut.

Lantas seperti apa peta kekuatan bulutangkis dunia usai Olimpiade Rio ini? pastinya akan hadir persaingan yang semakin ketat dan sengit dari masing-masing sektor. Satu poin paling besar yang bisa disimak sepanjang berlangsungnya laga bulutangkis di Olimpiade Rio ini adalah runtuhnya dominasi China sebagai salah satu negara penguasa prestasi di kancah tepok bulu internasional.

Ganyang Malaysia, Rehan/Lisa Tatap Wakil Korsel di Semifinal German Open 2024

Sebagai pemilik medali emas di semua nomor bulutangkis pada Olimpiade London 2012, Negeri Tirai Bambu hanya mampu membawa pulang 2 emas (tunggal putra/Chen Long dan ganda putra/Zhang Nan-Fu Haifeng) dan 1 perunggu (ganda campuran/Zhang Nan-Zhou Yunlei) dari Rio.

Pebulutangkis tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen

Hasil Pertandingan Wakil Indonesia di Hari Kedua Thailand Masters 2024

Ini membuktikan bahwa saat ini penurunan drastis prestasi China sudah harus benar-benar bisa dimaksimalkan oleh negara-negara lain. Di tunggal putra, usai "selesainya" era Lin Dan dan Lee Chong Wei saat ini, maka barisan pilar Denmark (Viktor Axelsen & Jan O Jorgensen), Srikanth Kidambi dari India dan trio pemain muda Merah Putih (Anthony Ginting, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa) akan punya kans "mengganggu" kejayaan Chen Long.

Sedangkan di ganda putra, pertarungan pun diramalkan makin sengit dengan rumor mundurnya Lee Yong-dae/Yoo Yeong-soo dari tim nasional Korsel. Momentum ini tentunya akan dilihat oleh duet-duet muda Malaysia, Denmark dan Indonesia untuk mengukuhkan diri di jajaran elite dunia.

Sementara itu, tiga negara lain yang sukses merebut emas bulutangkis yakni Spanyol (tunggal putri/Carolina Marin), Jepang (ganda putri/Ayaka Takahashi-Misaki Matsutomo) dan Indonesia (ganda campuran-Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) diprediksi justru akan sangat termotivasi dengan torehan tersebut.

Ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon

Carolina Marin sepertinya akan masih dapat menguasai sektor tunggal putri dalam beberapa waktu ke depan mengingat usia dan obsesi besarnya yang sedang dalam masa emas sebagai seorang wakil benua Eropa. Kemampuannya mendobrak dominasi putri-putri China pada 2 tahun terakhir memang benar-benar jadi angin segar bagi benua biru. Mengingat sudah cukup lama sekali wakil Eropa yang mampu berjaya di level tertinggi setelah era Camilla Martin dan Mia Audina di awal 2000 lalu.

Lain lagi halnya dengan ganda putri. Takahashi/Matsutomo akan tetap mendapat kepungan dari sejumlah ganda tangguh lainnya, meskipun di nomor ini dominasi China juga telah pudar. Korsel dengan Shin Seung-chan/Jung Kyung-eun dan Chang Ye-na/Lee So-hee, ada pula pilar Malaysia, Vivian Hoo dan Woon Khe Wei serta andalan Indonesia, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, setidaknya akan bisa memberi ancaman hingga gelaran Asian Games 2018 mendatang.

Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto

Terakhir, dari ganda campuran, performa puncak Owi/Butet di Rio tentunya sudah harus segera diantisipasi PBSI dengan menyiapkan para pelapis. Praveen Jordan/Debby Susanto pastinya paling diharapkan selain nama-nama seperti Gloria E Widjaja/Ricky Widianto dan Ronald Alexander/Melati Daeva serta Alfian Eko/Annisa Saufika.

Dan yang akan menjadi ancaman mereka diprediksi akan datang dari pemilik medali perak asal Malaysia, Cahn Peng Soon/Goh Liu Ying dan duo Korsel, Ko Soo-hyun/Kim Ha-na, serta sejumlah ganda senior milik Denmark, Inggris dan China. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya