Kaltim, Kalsel, dan Jabar Bikin Onar di Arena Gulat PON 2016

Ricuh di arena pertandingan gulat PON 2016
Sumber :
  • VIVA.co.id/Riki Ilham Rafles

VIVA.co.id – Kericuhan kembali terjadi di arena gulat Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di GOR Saparua Bandung, Selasa 28 September 2016. Kali ini melibatkan pelatih asing tim Kalimantan Selatan (Kalsel), Puscasu Ionel.

Ingin Kembalikan Kejayaan, Pengurus PRSI DIY Harus Berbenah

Pelatih asal Rumania, itu emosi ketika anak asuhnya, Agus Setya dinyatakan kalah. Dia berusaha menerobos penjagaan di pintu masuk arena, yang kemudian memicu kericuhan, karena banyaknya anggota tim Kalsel lain yang ikut berusaha menerobos.

Setya membela kontingennya, dengan dalih tak bakal ada keributan, jika aparat keamanan tidak main hakim sendiri. Dia mengklaim ikut menyaksikan, bagaimana pelatihnya jadi korban pemukulan di pintu masuk menuju arena.

Skandal Doping Olahraga Nasional Memasuki Babak Baru

"Tadi, kan sudah terima, terus saya lihat pelatih yang di belakang tidak terima. Saya lihat para aparat malah main hakim sendiri di belakang. Benar teman-temannya menghalangi, tapi yang di belakang itu main tangan," ujarnya.

Ditemui secara terpisah, Technical Delegate (TD) cabang olahraga gulat PON 2016 Wilbertus Sihotang, menyayangkan adanya keributan. Menurutnya sikap Puscasu tidak layak, karena dia adalah seorang pelatih.

Alasan Kenapa Bonus Atlet Disabilitas PON 2016 Dipotong

Dia juga menyorot sikap kontingen Kalsel, yang tak berusaha menahan amarah sang pelatih. Dia menegaskan, bakal membawa kasus tersebut hingga ke Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PB PGSI).

"Itu nanti (dilaporkan) termasuk organisasinya (Pengprov). Ada satu tim yang menilai mereka, yang bikin ini (keributan) Kalimantan Timur, Kalsel, dan Jawa Barat, yang lain tidak ada masalah," ucap Wilbertus.

Selama lima hari penyelenggaraan, selalu terhadi kericuhan di cabang olahraga gulat. Sehari sebelumnya pelatih Kaltim, Rudiansyah, sampai ditahan aparat kepolisian karena melakukan kekerasan terhadap juri asal Iran, Ali Akbar.

"Itu sudah melanggar etika, sekarang ditahan orangnya. Sekarang urusannya, Polisi tangkap saja, soal kapan keluarnya itu nanti urusannya sama Polisi," ujar Wilbertus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya