Masih Tersisa Rasa Kecewa Imbas Kecurangan PON 2016

Kembang api saat pembukaan PON XIX/2016 Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id – Meski gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat telah usai. Namun keluh kesah terhadap pelaksanaannya masih tersisa. Setidaknya hal itu dikeluhkan oleh kontingen drum band asal Banten.

Skandal Doping Olahraga Nasional Memasuki Babak Baru

"Kekuatan tim tuan rumah (Jabar) tidak perlu khawatir sebenarnya, tapi karena ada faktor x jadinya menang. Ada yang memanipulasi data, bisa dibuktikan di semua tim yang memegang data. Semua tim kuat, memang ada tim tidak pantas dapat (juara), malah dapat," kata Haridoyo, kepala pelatih tim drum band Banten.

Meski sempat kecewa, dirinya memastikan tetap akan mempersiapkan anak didiknya untuk tampil maksimal di PON 2020 Papua agar mendapatkan lebih banyak medali emas lagi. Karena di PON 2016, Banten mendapatkan tiga medali emas.

Alasan Kenapa Bonus Atlet Disabilitas PON 2016 Dipotong

"Untuk di Papua, kita mencari pemain yang lebih segar. Masih banyak yang umur 17 sampai 18 tahun, sebenarnya masih bisa satu kali main lagi. Tapi di drum band, maksimal biasanya (umur) 24 tahun," tutur Haridoyo.

Kekecewaan kontingen Banten setidaknya berkurang dengan dipanggilnya atlet asal 'Negeri Seribu Kyai, Sejuta Santri' untuk mengikuti Pelatihan Nasional di tujuh cabang olah raga.

Permen Baru Tutup Celah Atlet Berlabel Timnas Main di PON

"Kita mampu naik dari peringkat 21 di tahun 2012, sekarang (2016) menjadi ke-13 dengan perolehan medali 11 emas, 10 perak, dan 26 perunggu. Dengan segala daya upaya, kita belum bisa masuk 10 besar. Namun, anak didik kita  ada yang mengikuti Pelatnas di tujuh cabang," kata Ketua KONI Banten, Brigjenpol (Purn) Rumiah Kartoredjo.

PRSI DIY

Ingin Kembalikan Kejayaan, Pengurus PRSI DIY Harus Berbenah

Meraih prestasi menjadi tantangan pengurus baru PRSI DIY

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2017