- Marca
VIVA.co.id – Mantan pebasket wanita, Candice Wiggins, mengungkap deritanya menjadi korban bullying atau penindasan, karena menjadi seorang heteroseksual. Sementara liga basket profesional wanita di Amerika Serikat atau WBNA didominasi oleh kaum homoseksual.
Dilansir Marca pada Jumat, 24 Februari 2017, Wiggins yang bersinar sejak menjadi point guard semasa kuliah di Universitas Standford, sempat menjalani delapan tahun karier profesional di WBNA. Dia memutuskan pensiun pada 2015, karena alasan yang lama tidak diungkapnya.
Namun, dia akhirnya berani bersuara sekarang, untuk mengkritik kultur yang merusak kenyamanannya menjadi seorang pebasket profesional. "Mimpi saya tidak terwujud di WBNA, bahkan sebenarnya bertolak belakang (mundur)," ujar Wiggin dalam wawancara.
"Saya masih ingin bermain dua musim lagi, tapi kondisi mental saya tidak memungkinkan. Saya tidak menyukai kultur dalam WBNA, dan tidak boleh bicara terlalu banyak. Itu racun bagi saya dan semangat saya hancur," katanya.
Wiggins mengatakan menjadi seorang yang normal, menjadi kondisi yang sulit baginya selama bermain di WBNA. "Saya dapat mengatakan 98 persen wanita di WBNA adalah lesbian," ucapnya. Dia menjadi sasaran penindasan dari pemain lain, karena menolak menjadi seorang homoseksual.
"Penampilan saya, dan cara saya bermain menciptakan ketegangan. Orang-orang dengan sengaja berusaha membuat saya cedera sepanjang waktu. Saya tidak pernah dijatuhkan begitu seringnya, sebelum bermain di WBNA," ujar Wiggins. (ren)